Oleh : Salahuddin
Jakarta 19-08-2009
Jakarta 19-08-2009
di angkot ini sekali-kali kau kulirik
sungguh, gincumu merah tebal
parfummu menyengat, buat aku membayangkanmu telanjang
apalagi rok pendek yang kau pakai
terus memaksa mataku curi pandang
lampu merah pertama angkot berhenti
kau sibak rambutmu yang lurus sebahu.
bajumu tipis tak menutup bokongmu,
hingga buah dadamu seakan meletus tampaknya
senandung ebiet kota Jakarta, menemani aku dan kau di angkot itu
“hidup ini harus dinikmati” katamu bercanda,
saat kau dapati aku melirikmu.
“tapi haruskah berbaju dan bercelana seperti itu?” kataku
yah, karena Jakarta dan kesenangan hidup disini perlu untuk digoda, itu katamu
Lalu hentikan angkot, dan melangkah kehotel poros jalan itu
sungguh, gincumu merah tebal
parfummu menyengat, buat aku membayangkanmu telanjang
apalagi rok pendek yang kau pakai
terus memaksa mataku curi pandang
lampu merah pertama angkot berhenti
kau sibak rambutmu yang lurus sebahu.
bajumu tipis tak menutup bokongmu,
hingga buah dadamu seakan meletus tampaknya
senandung ebiet kota Jakarta, menemani aku dan kau di angkot itu
“hidup ini harus dinikmati” katamu bercanda,
saat kau dapati aku melirikmu.
“tapi haruskah berbaju dan bercelana seperti itu?” kataku
yah, karena Jakarta dan kesenangan hidup disini perlu untuk digoda, itu katamu
Lalu hentikan angkot, dan melangkah kehotel poros jalan itu
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Sebuah kehormatan jika memberikan komentar pada tulisan-tulisan kami. Terima Kasih